JAKARTA – Eurostat, lembaga statistik Uni Eropa merilis pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara-negara Eurozone tumbuh negatif 0,1% pada kuartal pertama 2023. Setelah pada kuartal sebelumnya, PDB rata-rata dari kawasan ini juga minus 0,2%. Eropa resmi mengalami resesi.
Dari 20 negara yang tergabung dalam Uni Eropa, sebanyak 5 negara di antaranya telah mengalami pertumbuhan PDB negatif selama dua kuartal berturut-turut: Jerman, disusul Irlandia, Lituania, Estonia dan Hungaria.
Belanda, Malta dan Yunani yang tergabung dalam Eurozone juga harus waspada. Laporan Eurostat mencatat pertumbuhan negatif pada kuartal pertama di tiga negara tersebut. Fakta ini menjadi guncangan terbesar pertama sejak diterapkannya Euro sebagai mata uang kawasan bagi negara- negara Eurozone yang menggunakannya.
Berdasarkan publikasi terbaru Conference Board, kondisi ekonomi di Eropa belum akan membaik, seperti ditunjukkan melalui indeks leading economic indicator (LEI) yang minus 0,6%. Nilai indeks yang sama juga disematkan untuk Cina dan Amerika Serikat. Tiga raksasa ekonomi ini berpengaruh terhadap sepertiga ekonomi dunia. Tak mengherankan jika indeks LEI global minus 0,5%, sebagai sinyal kondisi perekonomian cenderung muram.
Kondisi ekonomi di banyak negara besar, baik di kawasan Eropa maupun Cina dan Amerika Serikat, menjadi peringatan dini bagi Indonesia. Cina dan Amerika misalnya, dua negara besar tersebut merupakan negara tujuan ekspor utama dan terbesar Indonesia. Sepanjang 2017-2021, ekspor Indonesia ke Cina mencapai US$163,7 miliar atau 18,0% dari total ekspor. Sementara nilai ekspor ke Amerika Serikat pada periode yang sama mencapai US$98,7 miliar atau 10,8% dari total nilai ekspor.
Sama halnya dengan ekspor yang berpotensi mengalami efek domino dari resesi Eropa dan perlambatan ekonomi global, kinerja investasi juga bisa terseret. Ketika negara-negara mitra Indonesia mengalami tekanan, terutama di bidang perekonomian, saluran modal yang ditanam di Indonesia bisa jadi mandek. Setidaknya tersendat.
Dalam lima tahun terakhir (2018-2022), aliran modal dari Cina yang masuk ke Indonesia merupakan yang terbesar kedua. Nilainya sekitar US$23,3 miliar atau 14,3% dari total penanaman modal asing (PMA) di Indonesia.
Amerika Serikat dan Korea Selatan juga merupakan investor utama di Indonesia. Posisinya ada di enam dan tujuh dalam daftar investasi asing. Pada periode yang sama, nilai realisasi investasi kedua negara ini jika digabungkan mencapai US$16,9 miliar atau 10,4% dari total investasi yang masuk.
Hingga saat ini, konsumsi rumah tangga memang masih menjadi penopang utama perekonomian nasional. Tapi peran investasi juga tidak bisa dianggap remeh. Pada 2022, investasi atau pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) menyumbang Rp5.697 triliun atau 29,1% terhadap PDB. Sementara kontribusi ekspor bersih 3,6%.