Anak Muda dan Perempuan dalam Pusaran Pinjol

JAKARTA – Pinjaman online (pinjol) tumbuh sangat pesat, terutama di kalangan perempuan dan orang muda.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, posisi pinjol perseorangan pada Juli 2024 mencapai Rp63,5 triliun, hampir tiga kali lipat dari posisi tahun 2021 yang hanya Rp21,7 triliun.

Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp35,3 triliun atau 56% pinjaman mengalir kepada kaum perempuan.

Jika dibagi menurut kelompok umur, maka usia 19-34 tahun merupakan konsumen pinjol terbesar. Kelompok anak muda ini menyerap Rp32,6 triliun atau 51,3% dari total pinjol perorangan.

Pinjol kerap menjadi pilihan karena aksesnya mudah dan prosesnya cepat. Peminatnya terus tumbuh terutama di kalangan mereka yang lahir dan tumbuh di zaman internet.

Tak mengherankan, orang-orang muda yang lebih paham dan akrab dengan perkembangan teknologi digital merupakan pelanggan utama pinjol.

Bahkan, kelompok usia di bawah 19 tahun –mereka yang baru dua tahun mengantongi Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai salah satu syarat pembukaan rekening pinjaman— juga mulai bergaul dengan pinjol.

Kelompok ini memiliki 120.800 rekening aktif, dengan posisi pinjaman mencapai Rp253 miliar.

Dominasi kelompok usia muda dalam pinjol bukan hanya tampak dalam jumlah pinjaman, tapi juga jumlah rekening.

Kelompok usia 19-34 tahun tercatat memiliki 11,3 juta rekening aktif, atau 59,5% dari total rekening pinjaman perorangan.

Kelompok usia 35-54 tahun menyusul jauh di bawahnya dengan 7 juta rekening. Sisanya, dalam jumlah yang jauh lebih kecil, terbagi untuk usia di atas 54 tahun dan di bawah 19 tahun.

Jumlah 11,3 juta rekening pinjol di kalangan anak muda ini cukup mengejutkan. Soalnya, jumlah penduduk dengan rentang usia 20-34 tahun menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2024 hanya 66,9 juta jiwa.

Jumlah rekening pinjol di kalangan orang muda juga jauh melampaui jumlah rekening tabungan di perbankan syariah.

Menurut catatan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), hingga akhir Desember 2023, jumlah rekening perbankan syariah yang dijamin oleh LPS tercatat hanya 2,5 juta rekening.

Ditilik dari nilai pinjaman, posisi pinjaman anak muda pada pinjol mencapai Rp2,9 juta per rekening. Meski nominalnya tampak sepele, jumlah sebesar itu cukup mencemaskan.

Nilai sebesar itu telah melampaui rata-rata upah bersih tenaga kerja muda. Menurut data BPS, upah bersih kelompok usia 20-34 tahun hanya berkisar antara Rp2,3 juta hingga Rp3 juta per bulan.

Perlu juga dicatat, pinjol merupakan pinjaman dengan jangka sangat pendek (kurang dari satu tahun) dan perhitungan suku bunga majemuk (bunga berbunga) yang sangat memberatkan.

Pinjaman perempuan

Sejak Juni 2021, partisipasi perempuan dalam pinjol selalu mengungguli laki-laki, baik dalam jumlah rekening maupun nilai pinjaman.

Per Juli 2024, jumlah rekening pinjol aktif kaum perempuan mencapai 9,7 juta atau 103% dari rekening aktif laki-laki.

Selain jumlah rekeningnya lebih banyak, rata-rata nilai pinjaman perempuan juga lebih besar: Rp3,6 juta per rekening ketimbang lelaki yang hanya Rp3 juta per rekening.

Syukurlah, perempuan  lebih tertib dalam urusan utang. Tingkat pinjaman macet atau dikenal dengan istilah wanprestasi 90 hari perempuan hanya 1,8%, sedangkan laki-laki 2,1% (data Juli 2024).

Studi Universitas Indonesia bertajuk Women, Risks and Consumer Protection in Online Lending Platforms in Indonesia (2022) memperlihatkan alasan perempuan menggunakan jasa pinjol. Alasan utama: untuk kebutuhan keluarga, baru kemudian menyusul kebutuhan pribadi dan membuka usaha.

Studi menyimpulkan, pinjol bermanfaat bagi perempuan yang memerlukan dana cepat untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang mendesak.

Pinjol dinilai sebagai pilihan tepat bagi perempuan yang tak dapat mengakses pinjaman ke bank. Hanya lewat aplikasi, tanpa perlu datang ke kantor layanan, dana sudah bisa cair.

Namun, pinjol juga berpotensi menjadi jeratan masalah yang tak berkesudahan. Hasil studi mengungkapkan, banyak kasus kekerasan terhadap perempuan berawal dari pinjol, terutama ketika gagal bayar.

 

 

 

 

Menyapih BUMN dari Ketergantungan Modal Negara

Artikel sebelumnya

Saatnya Indonesia Menang di China

Artikel selanjutnya

Baca Juga