JAKARTA – Dampak langsung dari masuknya aliran modal para investor ke suatu wilayah, diharapkan terasa melalui penyerapan tenaga kerja. Tragisnya, tak semua berjalan sesuai harapan.
Setidaknya hal itu menimpa delapan wilayah baru tujuan investasi terbesar di Indonesia. Berdasarkan analisis Datanesia, penurunan angka pengangguran terbuka hanya terjadi di Kabupaten Halmahera Tengah bila membandingkan data 2015 dengan 2021 –informasi spasial tentang pengangguran terbuka 2016 tidak tersedia di BPS.
Pengangguran terbuka ini mungkin saja bertambah karena dampak pandemi Covid-19. Terhentinya aktivitas ekonomi akibat karantina wilayah dan pembatasan aktivitas masyarakat menyebabkan munculnya gelombang pemutusan hubungan kerja sepanjang 2020-2021. Kemungkinan lain yang menyebabkan banyaknya pengangguran tidak terserap lapangan kerja baru dari investasi adalah investor asing yang menanamkan modal membawa tenaga kerja asing atau tenaga kerja lokal dari wilayah lain.
Dari delapan wilayah yang menjadi persinggahan baru para investor, hanya Kabupaten Halmahera Tengah yang merasakan dampak derasnya penyerapan tenaga kerja. Hal itu terlihat dari tingkat pengangguran terbuka yang pada 2015 mencapai 10,4%, pada 2021 tersisa 4,2%. Di wilayah lainnya justru ada kecenderungan bertambah.
Kondisi serupa juga terjadi pada masalah kemiskinan. Jika membandingkan data 2016 dengan 2021 walaupun terjadi penurunan tingkat kemiskinan di lima wilayah, namun nyaris tak banyak berubah. Di tiga daerah lainnya: Kota Batam, Kota Balikpapan dan Kabupaten Tangerang justru naik.
Penurunan tingkat kemiskinan terbesar terjadi di Kabupaten Morowali yang sebesar 1,4%, dari 15,1% pada 2016 menjadi 13,8% di 2021. Lainnya, yaitu Kabupaten Jepara (-0,9%), Kabupaten Batang (-1,4%), Kota Semarang (-0,3), dan Kabupaten Halmahera Tengah (-0,5).