JAKARTA – Mi instan termasuk makanan populer di Indonesia. Banyak orang memilih makan mi instan karena praktis dan murah. World Instant Noodles Association menobatkan Indonesia sebagai negara dengan konsumsi mi instan terbesar kedua setelah Cina.
Orang Indonesia rata-rata makan sebungkus mi instan di rumah selama seminggu. Dari 514 kabupaten/kota, ada 191 kabupaten/kota yang makan lebih dari satu bungkus atau di atas rata-rata nasional.
Mi instan merangsek sampai pelosok Indonesia. Kabupaten/kota dengan konsumsi mi instan tertinggi ada di provinsi paling timur, yaitu Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Data Susenas per Maret 2023 memperlihatkan bahwa penduduk Puncak Jaya bisa makan dua bungkus mi instan dalam seminggu. Puncak Jaya berada di puncak pemakan mi terbanyak sejak tahun 2022.
Kendati Puncak Jaya ada di puncak, daerah lain di Papua konsumsi mi instannya masih di bawah rata-rata nasional. Berbeda dengan Sumatera Selatan yang sebagian besar wilayahnya berada di atas rata-rata konsumsi mi instan secara nasional.
Kalau diurutkan 20 besar pemakan mi instan terbanyak, Sumatera Selatan menyumbangkan 9 daerah. Ogan Komering Ulu Timur menjadi daerah paling rendah konsumsi mi instan di provinsi ini, 0,7 bungkus per minggu. Angka itu menjadikan Ogan Komering Ulu Timur satu-satunya wilayah di Sumatera Utara yang konsumsi mi instannya berada di bawah rata-rata nasional.
Konsumsi mi instan di Sumatera Selatan itu dikuatkan dengan Survei Kesehatan Indonesia 2023. Survei ini mencatat proporsi kebiasaan konsumsi mi instan dan makanan instan lainnya pada penduduk usia lebih dari tiga tahun. Hasilnya, ada 72 persen penduduk Sumatera Selatan yang makan mi instan 1-6 kali per minggu.
Sementara, konsumsi mi instan terendah ada di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Penduduk Rote Ndao makan 0,2 bungkus mi instan setiap pekan. Tak hanya Rote Ndao, 21 kabupaten/kota lainnya konsumsi mi instannya lebih sedikit ketimbang rata-rata nasional.
Secara medis, tidak ada aturan baku mengenai batas konsumsi mi instan. Namun, sebaiknya mi instan tidak dikonsumsi terlalu sering. Beberapa ahli gizi menyarankan batas aman konsumsi mi instan adalah tidak lebih dari dua bungkus dalam satu minggu.
Makan mi instan setiap hari tidak disarankan karena mengandung pengawet, karbohidrat, lemak jenuh, dan garam atau natrium yang tinggi. Kandungan nutrisi di dalam mi instan juga kurang seimbang, karena rendah serat dan protein. Kandungan-kandungan tersebut dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, dan kanker.
Mi instan membutuhkan waktu 1–2 hari untuk tercerna dengan sempurna. Jika dikonsumsi setiap hari, mi instan akan menumpuk dan memperberat kerja sistem pencernaan.