Kredit Melamban, Dunia Usaha Tahan Napas

JAKARTA – Setelah terus bergairah selama empat tahun terakhir, pertumbuhan kredit perbankan mulai tampak lesu.

Data Bank Indonesia mencatat, kredit perbankan terus tumbuh hingga mencapai puncak 13,1% (secara tahunan) pada April 2024. Ini merupakan laju pertumbuhan kredit tertinggi sejak pandemi. Namun setelah itu, trennya terus melambat hingga tinggal 11,4% pada Agustus lalu.

Pelambanan kredit merupakan hal yang lumrah — lazimnya sangat berkaitan dengan siklus bisnis. Di masa ketika ekonomi melamban, dunia usaha sedang tahan nafas, pertumbuhan kredit akan ikut melamban.

Selama lima bulan terakhir, perekonomian Indonesia memang menunjukkan sejumlah sinyal pelambatan. Indeks harga konsumen yang biasanya terus merambat naik, misalnya, sejak Mei lalu justru menurun (deflasi).

Selama periode yang sama, data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga mencatat, pertumbuhan jumlah simpanan pihak ketiga di perbankan tampak menyusut.

Senada dengan deflasi dan pelambatan tabungan publik, sejumlah gelagat juga mengisyaratkan adanya penurunan daya beli.

Data asosiasi produsen mobil Gaikindo menunjukkan penjualan mobil menurun sejak awal tahun lalu. Begitu juga dengan penjualan dari sektor retail yang cenderung terus melandai.

Dari sektor manufaktur, tampak pula bahwa sejak Juli lalu, industri pengolahan mulai memasuki zona kontraksi, setelah selama 34 bulan terakhir terus melakukan ekspansi.

Pertanyaannya, sampai kapan pelambanan ini terjadi? Sejumlah pengusaha yakin bahwa masa lesu ini akan berakhir segera. Tanda-tandanya sudah tampak.

Untuk pertama kalinya sejak satu tahun terakhir, Bank Indonesia mulai menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 6%. “Kami masih melihat ruang penurunan suku bunga ke depan,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Penurunan suku bunga acuan akan melonggarkan likuiditas yang dapat mendorong kembali pertumbuhan kredit.

Pesta demokrasi yang akan digelar serentak pada November mendatang juga diyakini bakal membawa siraman likuiditas ekstra yang dapat menyegarkan perekonomian yang sedang loyo.

Harga Rumah Kian Mahal

Artikel sebelumnya

Baca Juga