Bayang-bayang Inflasi Pangan

JAKARTA – Sejak tahun lalu pula sejumlah lembaga ekonomi, dari Bank Dunia hingga Dana Moneter Internasional (IMF) mewanti-wanti: krisis pangan bisa semakin parah di 2023. Selain cuaca ekstrem dampak pemanasan global yang mengganggu produksi, perang Rusia-Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda bakal berakhir.

Potensi kerawanan pangan, berkurangnya pasokan, hingga kenaikan harga-harga di dalam negeri sebenarnya sudah terjadi. Indeks harga konsumen untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau menunjukkan kenaikan dari Juli 2022 sebesar 119,6 menjadi 121,9 pada Juli 2023. Padahal, di Desember 2022, indeks harga konsumen untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau sempat turun menjadi 117,8.

Sejak awal tahun ini, kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi tahun berjalan (ytd) tertinggi di antara semua kelompok pengeluaran, yaitu sebesar 3,47%. Jauh lebih tinggi dari kenaikan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya di peringkat kedua, yakni sebesar 2,2%. Sementara, jika mengukur inflasi tahunan (yoy) untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau, ada kenaikan sebesar 1,9%.

Komoditas pangan strategis yang mengalami lonjakan harga tertinggi adalah bawang putih. Dalam tujuh bulan hingga Juli tahun ini, harganya di pasar tradisional sudah naik 50,4%. Dari Rp28.250 per kilogram pada akhir tahun lalu, menjadi Rp42.500 pada Juli 2023.

Patokan harga untuk komoditas strategis yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni Harga Eceran Tertinggi (HET), seperti angin lalu. Pada umumnya, rata-rata harga eceran di pasar tradisional melampaui HET. Kenaikan harga tertinggi di pasar tradisional dari HET terjadi pada komoditas telur ayam ras. Konsumen harus membayar ekstra 32,9% Rp7.900 per kilogram dari HET.

Pemerintah telah menetapkan harga eceran telur ayam ras paling mahal sebesar Rp24.000 per kilogram. Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen. Nyatanya, harga yang beredar di pasar saat ini, rata-rata Rp31.900 per kilogram.

Beras menjadi komoditas yang paling berpengaruh terhadap garis kemiskinan. Di perkotaan, beras berkontribusi 19,35% terhadap garis kemiskinan. Sementara di perdesaan, beras berkontribusi 23,73%. Di antara komoditas pangan strategis, kontribusi harga beras terhadap garis kemiskinan adalah yang tertinggi.

Selain beras, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah dan gula pasir menjadi empat komoditas yang paling banyak berkontribusi terhadap garis kemiskinan. Di perkotaan, empat komoditas ini menyumbang 12,34% terhadap garis kemiskinan, lebih tinggi dibandingkan rokok kretek filter yang menyumbang 12,14% kemiskinan.

Sementara di perdesaan, empat daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah dan gula pasir berkontribusi 10,23% terhadap garis kemiskinan. Sedikit di bawah rokok kretek filter yang mempengaruhi 11,34% garis kemiskinan.

Download Report – Bayang-bayang Inflasi Pangan

Solo Terpadat di Jateng, Semarang kalah dari Magelang

Artikel sebelumnya

3,1 Juta Warga Jateng Lolos dari Jerat Kemiskinan

Artikel selanjutnya

Baca Juga