Ringaksan Eksekutif
Kalimantan Utara tiba-tiba menjadi perbincangan hangat. Banyak mata tertuju ke provinsi termuda di Pulau Kalimantan itu. Sekadar contoh, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China, seperti dilansir Kementerian Investasi minggu lalu, berminat bangun pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) di provinsi dengan lima kabupaten/kota ini. Ada juga rencana pembangunan bandara ramah lingkungan bersama Pemerintah Kanada.
Kalimantan Utara yang berdiri pada 2012 digadang menjadi provinsi penyangga dan pemasok pangan utama Ibu Kota Negara (IKN) yang akan pindah dari Provinsi DKI Jakarta ke Kalimantan Timur pada 2024 mendatang. Bahkan tahun ini, pemerintah pusat mengalokasikan dana sekitar Rp10,8 triliun untuk wilayah tersebut.
Perekonomian Kalimantan Utara, provinsi termuda di Pulau Kalimantan, memang masih jauh dibandingkan sandara-saudara sulungnya. Besaran ekonominya seperti ditunjukkan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam sembilan bulan 2022 (year to date) hanya Rp91,0 triliun. Jauh di bawah Kalimantan Tengah -provinsi dengan PDRB terendah di Pulau Kalimantan- yang Rp144,9 triliun. Namun bukan berarti pupus harapan di provinsi paling bungsu di Pulau Kalimantan itu. Ada sejumlah sektor potensial yang berpeluang terus berkembang.
Dari hasil analisis, Datanesia menemukan lima sektor yang potensial pada periode 2014-2017. Sektor-sektor usaha dengan rata-rata kontribusi dan pertumbuhan tinggi itu: pertanian, industri pengolahan, konstruksi, perdagangan dan reparasi serta transportasi dan pergudangan.
Namun pada periode berikutnya, yaitu 2018-2021, terjadi pergeseran. Dari lima sektor potensial di periode pertama, yang bertahan pada 2018-2021 hanya tiga lapangan usaha: pertanian, konstruksi serta perdagangan dan reparasi.
Hasil analisis Shift-Share menunjukkan, pada periode 2014-2017 ada 12 sektor yang kompetitif. Untuk periode 2018-2021, sektor yang kompetitif menurun, tersisa 10 sektor. Selain pertanian, sektor transportasi dan pergudangan serta administrasi pemerintahan yang selama delapan tahun merupakan sektor basis yang kompetitif. Sementara konstruksi menjadi sektor basis yang selama empat tahun terkhir berhasil meningkatkan daya saingnya.
Daya serap tenaga kerja di lima sektor basis di Kalimantan Utara lebih dari separuh. Pada Agustus 2021, persisnya 54,0%. Kontributor terbesarnya adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang menyerap 30,5% atau 102.999 orang dari total tenaga kerja di Kalimantan Utara.
Selama lima tahun terakhir, penanam modal asing dan domestik memiliki preferensi yang berbeda, kecuali untuk sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan. Sektor ini meraup investasi asing terbesar kedua yaitu US$169,9 juta atau 20,6% dari total investasi asing (PMA: Penanaman Modal Asing) sepanjang 2017-2022. Pada periode yang sama investasi dalam negeri untuk sektor ini mencapai Rp6,2 triliun atau 34,4% dari total investasi dalam negeri.
Secara umum, kondisi sosial ekonomi Kalimantan Utara terbilang baik. Tingkat kemiskinan misalnya, di provinsi tersebut hanya 6,8%, di bawah rata-rata provinsi di Indonesia sebesar 9,5%. Kalimantan Utara berada di peringkat 12 provinsi dengan tingkat kemiskinan terkecil di Indonesia. Namun di Pulau Kalimantan, tingkat kemiskinan di Kalimantan Utara merupakan yang terbesar.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kalimantan Utara tidak secemerlang kondisi sosial ekonominya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Utara pada 2022 sebesar 71,83, berada di urutan ke 12 nasional. IPM Kalimantan Utara di bawah rata-rata nasional sebesar 72,91.