Pemulihan Ekonomi Maluku Utara Melesat, Bali Terantuk

Ringkasan Eksekutif

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan terjadinya perlambatan ekonomi pada 2023 di Amerika Serikat, Kawasan Eropa dan Cina. Proyeksi ini disampaikan dalam World Economic Outlook yang dipublikasikan pada Oktober 2022. Perlambatan di tiga raksasa ekonomi ini cukup mengkhawatirkan, karena ketiganya menyumbang sepertiga ekonomi global. Ketika ekonomi di ketiga kawasan ini melambat, dampaknya akan meluas dan dirasakan secara global.

Perkembangan terkini: inflasi Amerika Serikat melandai, musim gugur yang sejuk di Eropa membuat winter effect yang diperkirakan memperparah krisis energi tidak terjadi, serta kebijakan Zero Covid di Cina melonggar. Semua ini, menjadi secercah harapan di tengah kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi di 2023.

Dalam laporan yang sama, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 sebesar 5%. Namun risiko spillover dari melemahnya ekonomi global masih tetap ada.

Datanesia menelusuri wilayah di Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dan terendah sepanjang 2020-2022 (tahun berjalan hingga kuartal III-2022). Lima provinsi dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi pada 2021-2022 (tahun berjalan hingga kuartal III-2022): Maluku Utara, Papua, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ekonomi lima wilayah ini tumbuh di atas rata-rata nasional yang 4,6%. Bahkan tiga
di antaranya tetap tumbuh positif sejak 2020, saat pandemi Covid-19 marangsek.

Wilayah-wilayah, khususnya lima provinsi dengan kinerja perekonomian paling tinggi, ditopang oleh sektor yang beragam. Dari pertanian, pertambangan, industri pengolahan, hingga informasi dan komunikasi.

Maluku Utara. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara adalah nikel dan smelter yang mengolahnya. Dua sektor ini tumbuh paling tinggi industri pengolahan (70,1%) dan pertambangan (31,7%). Kontribusi kedua sektor tersebut terhadap PDRB, rata-rata 27,4% secara kumulatif.

Papua. Ketika banyak sektor mengalami perlambatan pertumbuhan sebagai dampak dari pandemi Covid-19, sektor pertambangan dan penggalian tetap menjadi tulang punggung. Rata-rata pertumbuhan PDRB Papua selama 2021-2022 (tahun berjalan hingga kuartal III- 2022) mencapai 13,1%.

Sulawesi Tengah. Pandemi Covid-19 tak mampu menyurutkan laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. Rata-rata pertumbuhan PDRB selama 2021- 2022 (tahun berjalan hingga kuartal III-2022) mencapai 12,8%. Penopang utama pertumbuhannya adalah industri pengolahan yang melonjak rata-rata 21,6%. Kontribusinya terhadap PDRB pun tinggi, yaitu 28,2%.

Kalimantan Tengah. Lepas dari pandemi Covid-19, yaitu pada 2021-2022 (tahun berjalan hingga kuartal III-2022), perekonomian Kalimantan Tengah rata-rata tumbuh 5,3%. Pertanian, kehutanan dan perikanan termasuk dalam sektor yang dominan di wilayah ini. Namun kinerjanya cenderung lambat, karena hanya tumbuh 1,6%.

DI Yogyakarta. Informasi dan komunikasi merupakan sektor usaha dengan pertumbuhan dan kontribusi tertinggi terhadap PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta. Rata-rata pertumbuhan sektor ini selama 2020-2021 mencapai 18,2%, sementara kontribusinya terhadap perekonomian wilayah tersebut sekitar 14,5%.

 

Sektor-sektor usaha utama yang menopang perekonomian dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terendah di Indonesia tidak mampu bekerja maksimal. Tersengat pandemi Covid-19, banyak yang kinerjanya menyusut atau mengalami kontraksi.

Kalimantan Timur. Sungguh ironi. Wilayah ini adalah penghasil batu bara terbesar di Indonesia. Sektor pertambangan dan industri pengolahan sepanjang 2020-2021, rata-rata menyumbang 67,0% terhadap PDRB secara secara kumulatif. Namun kinerja dua sektor itu justru menyusut, masing-masing 1,2% dan 0,3%.

Nusa Tenggara Timur. Dari 17 sektor usaha di NTT, kinerja sembilan di antaranya mengalami penyusutan atau kontraksi. Sektor jasa perusahaan adalah yang terdalam, yaitu tumbuh minus 27,0%. Kemudian disusul oleh sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang menyusut 11,2%.

Sulawesi Barat. Perekonomian Sulawesi Barat ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Kontribusinya terhadap PDRB 2020-2021 rata-rata mencapai 39,5%. Tetapi rata-rata pertumbuhannya hanya 0,8%. Kakao, kopi, kelapa dan cengkeh merupakan sebagian dari komoditas andalan wilayah itu.

Papua Barat. Sektor industri pengolahan, konstruksi dan pertambangan menyumbang 62,0% perekonomian Papua Barat selama 2020-2021. Akan tetapi kinerjanya cenderung bermasalah. Dari tiga sektor itu, hanya pertambangan yang tumbuh positif, yaitu 0,3%. Sisanya justru mengalami kontraksi.

Bali. Selama 2020-2021, kinerja ekonomi Bali menyusut paling dalam di antara provinsi di Indonesia. Selama periode itu, dari 17 sektor yang ada, Bali hanya mencatatkan pertumbuhan positif di empat sektor. Sektor yang paling terpukul adalah transportasi dan perdagangan yang menyusut rata-rata 24,8%. Kemudian, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum minus 18,9%.

Download White Paper

Dalam Bayang-bayang Resesi 2023

Artikel sebelumnya

Pertanian Menjadi Penopang Tenaga Kerja di Indonesia

Artikel selanjutnya

Baca Juga