Ringkasan Eksekutif
Selama 27 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Makassar terbilang sangat baik. Puncaknya terjadi pada 1996, yaitu mencapai 10,8%. Jauh di atas rata-rata Sulawesi Selatan (8,31%), bahkan nasional (7,8%).
Pada 2012, McKinsey dalam laporannya “The Archipelago of Economy: Unleashing Indonesia’s Potential”, menulis bahwa Makassar termasuk kota harapan Indonesia. Bersama Pekanbaru, Pontianak, Karawang, dan Balikpapan, kontribusi Makassar terhadap perekonomian Indonesia akan berlipat-lipat pada 2030.
Hasil analisis Tipologi Klassen yang mengunakan data 2017-2021, menunjukkan Makassar termasuk daerah Kuadran I: cepat maju dan cepat tumbuh. Daerah pada kuadran tersebut memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten/kota dalam satu wilayah.
Seiring dengan kesejahteraan warga yang baik, perekonomian Kota Makassar ikut ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga. Pada 2021 misalnya, kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi pengeluaran mencapai 51,2% atau senilai Rp97 triliun. Setelah itu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi sebesar 49,7%.
Kontribusi terbesar PDRB Kota Makassar secara sektoral selama 2012-2021 adalah sektor perdagangan dan industri pengolahan. Dalam 10 tahun terakhir (2012-2021), kedua sektor itu rata- rata berkontribusi sama, yaitu 19,5% terhadap perekonomian kota.
Berdasarkan analisis Datanesia ada 12 sektor basis yang potensial untuk melejitkan pertumbuhan ekonomi. Tetapi hanya ada 4 sektor yang kompetitif. Ini menunjukkan ada banyak sektor basis yang tidak kompetitif. Sektor-sektor ini perlu didorong pertumbuhannya agar tidak menjadi beban ekonomi.
Sepanjang 2012-2021, industri makanan menjadi sektor yang paling besar menyerap investasi asing. Pada lima tahun pertama (2012-2016), industri tersebut menyerap 41,3% dari total investasi asing atau senilai US$145 juta. Pada lima tahun berikutnya (2017-2021), menyerap 45,1% total investasi asing atau sebesar US$ 229 juta.
Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menenah (UMKM) di Kota Makassar sebanyak 1.113 unit, namun tersebar tidak merata. Hampir separuhnya (48,8%) terkonsentrasi di utara dan tenggara
kota yaitu di Kecamatan Biringkanaya, Tamalate, Rappocini dan Manggala.
Sebanyak 69,7% penduduk di Kota Makassar merupakan angkatan kerja. Rasio ketergantungan juga rendah hanya 43,4%, sehingga Makasar bisa disebut memiliki modal jumlah angkatan kerja yang besar.
Kondisi ekonomi penduduk Makassar termasuk sejahtera. Namun untuk indikator sosial, tiga dari empat lebih baik dibandingkan rata-rata provinsi. Tingkat kemiskinan misalnya, di Makassar sebesar 4,8%. Sedangkan di provinsi acuan mencapai 8,5%. Namun untuk tingkat pengangguran terbuka, kondisi di Kota Makassar lebih buruk, yaitu mencapai 13,2%.