Memetakan Peluang Ekonomi Wilayah: Batam

Ringkasan Eksekutif

Sejak 1995 hingga 1997, pertumbuhan ekonomi Batam melesat. Puncaknya pada 1975, yaitu tumbuh 17,4%. Setelah itu, pelan-pelan melambat walaupun masih terhitung belasan. Bahkan saat krisis 1998, terjun bebas hingga tersisa 3,1%. Setelah itu kembali naik dengan pertumbuhan ekonomi yang tak lagi sampai belasan persen.

Hasil analisis Tipologi Klassen dengan menggunakan data 2017-2021, menunjukkan bahwa Batam termasuk daerah dengan tingkat pertumbuhan tinggi, sehingga ikut menopang ekonomi provinsi. Namun, tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota.

Struktur perekonomian Batam yang terutama ditopang oleh komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi, berbeda dengan nasional yang masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga. Pada 2021 misalnya, kontribusi investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Batam dari sisi pengeluaran mencapai 43,1% atau senilai Rp47 triliun.

Secara sektoral, Batam membuktikan dirinya sebagai kota industri. Sepanjang 2012-2021, sektor pengolahan memberikan kontribusi lebih dari separuh terhadap PDRB. Rata-ratanya mencapai 55,6% per tahun. Kinerjanya juga bagus, karena mampu tumbuh 5,4%, di atas rata-rata PDRB yang 5,0%.

Menggunakan metodologi Location Quotient (LQ), Datanesia menemukan bahwa Batam memiliki delapan sektor basis yang menopang serta berpotensi mendorong kinerja ekonomi wilayah. Sektor-sektor tersebut tak hanya mampu memenuhi kebutuhan domestik, hasil dari sektor tersebut masih bisa dikirim keluar wilayah alias ekspor.

Melalui analisis shift share dengan data 2012-2021, Datanesia menemukan ada tujuh sektor dalam perekonomian Batam yang memiliki keunggulan kompetitif. Analisis tersebut membandingkan pertumbuhan ekonomi Batam secara sektoral dibandingkan kinerja sektor yang sama di wilayah lain dalam Provinsi Kepulauan Riau. Sektor yang termasuk kompetitif berpotensi memberikan kontribusi besar bagi kota karena pertumbuhannya yang menggiurkan.

Batam termasuk wilayah yang mampu menarik para penanam modal. Beragam sektor mendapatkan perhatian merata dari para investor. Namun dalam 10 tahun terakhir, investor asing (PMA: Penanaman Modal Asing) dan dalam negeri (PMDN: Penanaman Modal Dalam Negeri) tampak seragam untuk konsisten membenamkan modalnya pada sektor industri kimia dan farmasi.

Moleknya kondisi ekonomi Batam, tetap saja masih menyisakan persoalan sosial yang cukup serius: pengangguran. Daya serap industri yang tumbuh dengan baik belum mampu menyediakan lapangan kerja maksimal bagi warga setempat. Pada 2021, tingkat pengangguran terbukanya mencapai 11,6%, lebih tinggi dari rata-rata provinsi yang 9,9%. Namun, indikator sosial lainnya di Batam lebih baik, seperti tingkat kemiskinan, usia harapan hidup, maupun ratarata lama sekolah.

Sebanyak 70,6% penduduk di Batam merupakan angkatan kerja. Rasio ketergantungan di Batam juga rendah, yaitu hanya 41,7%, sehingga Batam bisa disebut memiliki modal jumlah angkatan kerja yang besar.

Kondisi ekonomi penduduk Batam termasuk sejahtera. Semua indikator kesejahteraannya lebih baik dari rata-rata provinsi. Hal yang serupa juga terjadi untuk indikator sosial. Pengecualiannya untuk tingkat pengangguran terbuka Batam sebesar 11,6% yang lebih tinggi dari provinsi acuannya sebesar 9,9%.

Download White Paper

Pemilu 2024 dan The Power of Emak-Emak

Artikel sebelumnya

Memetakan Peluang Ekonomi Wilayah: Padang

Artikel selanjutnya

Baca Juga