JAKARTA – Pandemi Covid-19 telah menimbulkan efek berantai terhadap banyak aspek. Tidak hanya aspek kesehatan dan sosial, tetapi juga menimbulkan kelesuan di sektor ekonomi. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk yang terempas dengan pertumbuhan ekonomi 2,3% (yoy) pada 2021, setelah sempat menyusut 0,62% (yoy) akibat pandemi pada 2020. Meski positif, NTB termasuk wilayah yang tumbuh lambat di bandingkan provinsi lain.
Dari sisi sektoral, perekonomian NTB ditopang oleh dua sektor utama: pertambangan dan penggalian dengan kontribusi 17,3% terhadap perekonomian NTB serta pertanian yang kontribusinya 22,8%. Pada 2021, kinerja sektor pertambangan dan penggalian masih menyusut 0,15% (yoy). Padahal, sektor tersebut sempat tumbuh tinggi hingga 27,7% (yoy) pada tahun sebelumnya.
Walaupun sektor pertambangan merupakan kontributor kedua terbesar, namun kinerjanya sangat menentukan pergerakan ekonomi NTB. Kondisi itu ditunjukkan melalui pola pergerakannya yang mirip atau seiring antara pertumbuhan ekonomi NTB, kecuali pada 2020 di saat krisis.
Sektor pertanian yang diharapkan dapat menjadi tumpuan ekonomi hanya tumbuh 1,1% (yoy) pada tahun 2021, tidak cukup kuat untuk mendorong perekonomian provinsi tersebut. Bahkan pertumbuhan sektor pertanian cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Demikian pula dengan sektor industri pengolahan yang diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi NTB terus menyusut sejak 2017.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga yang menempati porsi terbesar ekonomi NTB hingga 60,74% juga belum mampu memacu pertumbuhan ekonomi. Dampak pandemi yang belum sepenuhnya pulih menyebabkan masih lambatnya konsumsi masyarakat.
Pada 2021, konsumsi rumah tangga hanya mampu tumbuh 1,79% (yoy). Secara umum, kinerja konsumsi rumah tangga sudah memiliki tren yang menurun bahkan sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Konsumsi pemerintah yang diharapkan dapat menopang aktivitas ekonomi selama pandemi, juga hanya mampu tumbuh 0,52% (yoy). Kinerja investasi cukup baik dilihat dari Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) NTB yang tumbuh 3,8% (yoy).
Pertumbuhannya didorong oleh aktivitas konstruksi pembangunan beberapa proyek dan investasi fisik, salah satunya adalah pembangunan sirkuit Mandalika dan infrastruktur pendukungnya. Kinerja ekspor NTB juga tumbuh pesat hingga 67,6% (yoy) pada 2021, namun di counterbalance oleh impor yang justru menyusut 43,2% (yoy). Akibatnya, ekonomi NTB tidak dapat tumbuh lebih tinggi.