JAKARTA – Sejatinya, Provinsi Bangka Belitung (Babel) bukan sekadar timah. Babel adalah sebuah kumpulan kepulauan. Ada 50 pulau telah berpenghuni dari sekitar 470 pulau bernama di provinsi tersebut.
Sebagai sebuah kepulauan, Babel memiliki potensi ekonomi besar. Dari sumber daya alam seperti perikanan dan kelautan, hingga pesona alam yang dapat menjadi tujuan wisata potensial. Sebut di antaranya, Pantai Matras di Bangka yang kaya dengan pasir putih dan Pantai ‘Laskar Pelangi’ Tanjung Tinggi di Belitung.
Tampaknya Babel lebih memilih jalan pintas. Bergantung pada timah telah membuat provinsi tersebut tidur nyenyak. Padahal, cadangan timahnya dikabarkan bakal berakhir sekitar 25 tahun ke depan. Karena itu, mencari penopang lain agar ekonomi Babel tetap tegak menjadi sangat penting.
Secara sektoral, sektor pertanian dan perkebunan, perdagangan serta konstruksi sepatutnya merupakan sektor-sektor yang potensial menopang ekonomi Babel selain pengolahan. Dalam 10 tahun terakhir, sektor-sektor tersebut tidak hanya memberikan kontribusi yang besar, tapi juga pertumbuhannya menggiurkan.
Ada juga sektor lain yang dapat dikembangkan, mengingat pertumbuhannya yang tinggi walaupun kontribusinya masih kecil. Misalnya, sektor informasi dan komunikasi, pengadaan listrik dan gas, real estat, serta penyediaan akomodasi dan makan minum.
Gambar tersebut memperlihatkan sektor pertanian menjadi merupakan kontributor terbesar bagi ekonomi Babel setelah industri pengolahan. Setiap tahun, rata-rata porsinya mencapai 18,9% dengan pertumbuhan 5,4%. Begitu pun dengan konstruksi yang rata-rata tumbuh 6,2% per tahun. Kontribusinya bagi Babel mencapai 8,9%.
Untuk mendukung pengembangan sektor potensial dan sektor berkembang, pemerintah Babel perlu mendorong investasi di sektor-sektor tersebut. Sepanjang periode 2016 hingga 2021, investasi di sektor konstruksi masih sangat rendah, yakni hanya 0,4% dari total investasi domestik dan 0,1% dari total investasi asing yang masuk ke Babel.