E-Commerce di Wilayah Penduduk Produktif

JAKARTA – Karakteristik 10 kabupaten/kota dengan penduduk yang melakukan transaksi e-commerce terbanyak di Indonesia memiliki banyak kemiripan. Satu di antaranya sumber daya manusia yang tinggal di wilayah tersebut.

Mengacu pada data BPS, sebagian besar penduduk di 10 wilayah tersebut merupakan warga dalam kelompok usia produktif: 16-55 tahun. Rata-rata jumlahnya –porsi terhadap total penduduk- di atas nasional yang 59,2%, kecuali untuk Kota Madiun. Kota Depok menjadi wilayah yang didiami oleh kelompok usia produktif terbanyak, dalam kelompok 10 wilayah e-commerce di Indonesia. Sebanyak 66,3% dari total penduduknya berada di rentang usia 16-55 tahun.

Penduduk dalam kelompok usia tersebut pada umumnya masih aktif di sekolah lanjutan atas dan produktif bekerja. Mereka cenderung melek internet, bahkan rajin berinteraksi melalui media sosial termasuk mengintip beragam tawaran e-commerce.

Untuk pendidikan yang ditamatkan di 10 wilayah utama, porsi lulusan sekolah lanjutan atas dan perguruan tinggi jauh melampaui rata-rata nasional yang 29,3%. Bahkan Kota Madiun yang sedikit tertinggal dalam kelompok usia, porsi penduduknya dengan lulusan sekolah lanjutan atas (sederajat) dan perguruan tinggi mencapai 57,6%. Dari 10 wilayah e-commerce, posisinya merupakan yang tertinggi.

 

Merdeka dari Kebutuhan Makan
Kota Bekasi Pepet Jakarta Selatan

Karakteristik lainnya adalah tingkat pengeluaran. Kelompok 10 wilayah e-commerce terbesar di Indonesia memiliki pengeluaran per kapita lebih besar dibandingkan rata-rata nasional yang Rp1,3 juta per orang/bulan. Tingginya pengeluaran ini memberikan sinyal kemampuan warga untuk berbelanja, termasuk melalui e-commerce.

Jakarta Selatan menjadi wilayah dengan penduduk yang membelanjakan uangnya paling banyak dalam 10 wilayah e-commerce tertinggi, yaitu Rp1,51 juta per orang/bulan. Kota Bekasi menyusul dengan posisi yang cenderung mepet, yaitu Rp1,49 juta.

Secara umum, porsi belanja non makanan penduduk di wilayah tersebut berada di atas rata-rata nasional yang 43,8%. Dengan tingkat pengeluarannya yang tinggi, porsi untuk belanja makanan cenderung rendah. Mereka tampaknya telah terbesar dari kebutuhan dasar tersebut, sehingga ruang untuk berbelanja non makanan menjadi tinggi.

Penduduk di Kota Yogyakarta termasuk yang mengalokasikan dana untuk belanja non makanan tertinggi, yaitu 54,2% dari total pengeluarannya. Indikator ini sejalan dengan posisi kota tersebut yang ada di urutan pertama untuk wilayah yang persentase penduduknya paling banyak melakukan transaksi e-commerce.

Kota-kota dengan porsi pengeluaran non makanan tinggi ini merupakan wilayah yang potensial untuk mengonsumsi barang. Hasratnya dalam berbelanja tergolong besar. Tak cukup di situ, kemampuannya mengonsumsi pun tinggi.

Download Edisi White Paper

Pengguna Internet Tertinggi di 10 Wilayah E-Commerce

Artikel sebelumnya

Harga Pangan Picu Krisis Global

Artikel selanjutnya

Baca Juga