JAKARTA – Indikator kesejahteraan warga, antara lain dilihat dari pengeluaran per kapita, kemampuan belanja non makanan, serta tingkat ketimpangan yang diukur melalui gini rasio. Tingginya pengeluaran per kapita mengisyaratkan besarnya pendapatan yang digunakan untuk konsumsi.
Untuk pengeluaran per kapita, Kota Batam dan Bontang menjadi juara di antara “10 Kantong Manufaktur”. Di dua wilayah itu, pengeluaran per kapita pada 2021 masing-masing Rp18 juta dan Rp17 juta per tahun. Dibandingkan dengan rata-rata di wilayah di atasnya, yaitu provinsi acuan -Kepulauan Riau dan Kalimantan Timurpengeluarannya lebih tinggi.
Ada dua wilayah yang pengeluaran warganya lebih rendah dibandingkan rata-rata di provinsi acuan, yaitu Kabupaten Cilacap dan Pasuruan. Di dua kabupaten ini, masing-masing pengeluaran per kapita hanya 95,5% dan 88,0% dari provinsi acuan. Di enam wilayah lain, pada umumnya pengeluaran setiap warganya lebih tinggi dibandingkan provinsi acuan walaupun berbeda tipis.
Kabupaten Cilacap dan Pasuruan, kemudian ditemani Karawang tercatat sebagai wilayah yang proporsi belanja non makanan warganya ada di bawah rata-rata provinsi acuan. Sedangkan warga di tiga wilayah: Kota Bontang, Kediri dan Batam, lebih dari separuh pengeluarannya digunakan untuk belanja non makanan. Kemampuannya juga berada di atas provinsi acuan.
Tingginya proporsi belanja non makanan tersebut mengindikasikan besarnya kemampuan belanja barang-barang di luar makanan, dari garmen hingga kebutuhan gaya hidup. Empat wilayah lainnya juga memiliki porsi belanja non makanan lebih tinggi dari provinsi acuan, walaupun masih di bawah 50% dari total pengeluarannya. Dari sisi tingkat ketimpangan yang ditunjukkan melalui gini ratio, hanya Kota Bontang yang berada di atas provinsi acuan. Kondisi ini mengisyaratkan tingkat pendapatan/pengeluaran warga di Bontang lebih tidak merata dibandingkan kondisi masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur.
Sektor Jasa Menyerap Tenaga Kerja Terbanyak
Dari sisi serapan tenaga kerja di “10 Kantong Manufaktur”, lebiih banyak disediakan oleh sektor jasa. Karakterteristik di seluruh wilayah hampir sama. Kota Bontang misalnya, sektor manufaktur yang rata-rata berkontribusi 84,4% terhadap PDRB (2010-2020) atau 79,4% pada 2021, hanya menyerap 25,9% atau 20.986 orang tenaga kerja.
Untuk tahun 2021, pola tersebut juga berlaku untuk semua wilayah. Bedanya terletak pada presentasi dan jumlah serapan.
Hanya di Kabupaten Kudus dalam kelompok “10 Kantong Manufaktur di Indonesia” yang sektor pengolahannya menyerap tenaga kerja terbesar di bandingkan pertanian maupun sektor jasa, yaitu mencapai 50,2%.
Kota Kediri tercatat sebagai daerah dengan serapatan tenaga kerja di sektor manufaktur terendah, yaitu 19,4%, kemudian disusul Kota Bontang. Selain dua kota ini plus Kabupaten Kudus, penyerapan sektor manufaktur di tujuh kabupaten/kota lainnya ada di kisaran angka 30,7-39,5% dari total orang yang bekerja.