JAKARTA – Hasil analisis menjukkan adanya perubahan pola kontribusi sektoral di delapan wilayah baru yang menjadi tujuan investasi terbesar di Indonesia. Kedatangan modal tampak telah mengubah struktur ekonomi Kabupaten Morowali dan Halmahera Tengah, walaupun enam daerah lainnya tidak mengalami perubahan.
Di dua kabupaten ini, kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) menurun pada 2021 jika dibandingkan posisi 2016. Di Kabupaten Morowali anjlok 10,5% dan 19,7% di Halmahera Tengah. Penurunan juga terjadi untuk sektor usaha konstruksi (10,93%) di Kabupaten Morowali serta sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial (15,40%) di Kabupaten Halmahera Tengah.
Pada dua kabupaten tersebut terjadi kenaikan yang signifikan di sektor industri manufaktur. Kabupaten Halmahera Tengah dan Kabupaten Morowali merupakan wilayah yang kini sedang bergairah dengan pembangunan smelter nikel.
Khusus untuk Kabupaten Morowali, pembangunan smelter merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional. Perubahan struktur ekonomi terjadi tidak terlepas dari besarnya investasi yang masuk di sektor industri manufaktur logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya.
Mengacu pada informasi yang dipublikasikan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), nilai investasi untuk pembangunan smelter nikel di Morowali mencapai Rp32.400 triliun. Kecenderungan kenaikan harga komoditas nikel di pasar internasional juga berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah.
Menurut catatan Bloomberg, harga nikel mencapai posisi US$25 ribu per ton untuk pertama kali sejak 2011. Lonjakan harga itu didorong oleh tipisnya persediaan di tingkat global seiring dengan perang Rusia dengan Ukraina, mengingat Rusia merupakan produsen dan pemasok utama untuk pasar global.
Di luar itu, Kabupaten Morowali dan Halmahera Tengah merupakan wilayah daerah yang rada tertinggal menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Sehingga ketika investasi masuk, kucuran modal itu memberikan efek berlipat bagi perekonomian. Berbeda dengan wilayah lain yang cenderung sudah maju. Efek marjinalnya kecil, sehingga pengaruhnya ke struktur perekonomian tidak besar.
Berdasarkan data BPS, adanya tambahan investasi di sektor pengolahan di Kabupaten Morowali, menciptakan nilai PDRB di sektor industri pengolahan sebesar Rp70,4 triliun di tahun 2021, menyumbang sekitar 71,2% dari total PDRB. Angka ini naik jauh ketimbang 2016 yang hanya Rp4,8 triliun atau 33,1 % dari PDRB.
Hal yang sama juga berlaku di Kabupaten Halmahera Tengah. Masuknya investasi asing senilai US$3,3 miliar di sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya selama periode 2017-2021, mampu menggemukkan sektor industri pengolahan di wilayah tersebut.
Berkah dari derasnya aliran modal asing itu, nilai ekonomi industri pengolahan di Kabupaten Halmahera Tengah pada 2021 mampu berkontribusi sekitar 55,1% dari total PDRB, atau secara nominal setara dengan Rp5,3 triliun. Dibandingkan lima tahun sebelumnya, yaitu 2016, sektor tersebut hanya mampu menghasilkan nilai ekonomi sekitar Rp148,8 miliar atau 8,4 % dari PDRB.