Coreng-Moreng Industri Kesehatan

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal 2020 memperlihatkan rentannya industri kesehatan di Tanah Air. Produk farmasi dan alat kesehatan tegak lantaran ditopang oleh impor, bahkan termasuk alat dekompresi perut.

Ringkasan Eksekutif

  • Pandemi menunjukkan pentingnya peran sektor kesehatan dalam menopang perekonomian dalam negeri. Selama pandemi, sektor jasa kesehatan meningkat cukup signifikan, baik kontribusi maupun pertumbuhannya. Pada saat bersamaan, ada kekhawatiran yang membayangi, karena masih ditopang oleh impor. Akibatnya, defisit perdagangan, misalnya pada sektor produk farmasi, makin dalam: dari US$566 juta pada 2020, menjadi US$3,8 miliar di 2021.
  • Produk farmasi dengan impor tertinggi pada 2021 adalah vaksin untuk pengobatan manusia, yang ditengarai merupakan vaksin Covid-19. Nilainya mencapai US$3,2 miliar, 85,8% dari total impor produk farmasi. Negara pemasok terbesar untuk vaksin Covid-19 adalah China, dengan nilai impor mencapai US$2 miliar pada 2021 atau 63,5% dari total impor produk vaksin Indonesia.
  • Selain produk farmasi, komponen alat kesehatan yang digunakan di Indonesia juga banyak dipasok melalui impor. Dalam lima tahun terakhir, impor untuk alat Kesehatan mencapai US$10,1 miliar dari setidaknya 110 jenis alat kesehatan yang banyak didatangkan dari luar negeri sepanjang 2017-2021.
  • Lambatnya perkembangan sektor kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari minimnya investasi di sektor tersebut, baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta. Padahal, sudah banyak dokumen, baik berupa kajian pemerintah maupun kerja sama di bidang penguatan sektor kesehatan. Realisasinya masih belum terlihat nyata hingga saat ini.
  • Bahkan Indonesia merupakan negara ketiga dengan porsi anggaran kesehatan terendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Di bawah Indonesia adalah Brunei Darussalam dan Laos.

Download White Paper

10 Sektor Potensial di Kalimantan Timur

Artikel sebelumnya

Dilema Serambi Madinah

Artikel selanjutnya

Baca Juga