JAKARTA – Dibandingkan kajian 10 Booming Cities sebelumnya, pada pemeringkatan tahun ini ada enam kabupaten/kota pendatang baru. Pada umumnya, kemampuan wilayah tersebut menggeser peringkat sebelumnya, ditopang oleh kinerja ekonomi dan keuangan. Pada saat bersamaan, kondisi sosialnya juga stabil, sehingga perolehannya indeksnya tinggi.
Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah misalnya. Kinerja ekonominya terus tumbuh positif, termasuk pada 2020 saat pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian nasional menyusut. Kabupaten yang saat ini menjadi sentra produksi nikel tersebut justru tumbuh 28,9%.
Begitu pun dengan pendapatan per kapita warganya. Jika pada 2017 masih Rp145,2 juta per tahun, di 2021 sudah menjadi Rp588,3 juta, rata-rata tumbuh 61,0% per tahun dalam lima tahun terakhir.
Untuk kinerja ekonomi, Morowali ada di urutan nomor wahid dibandingkan daerah lain. Dengan bobot 40% pada Indeks Aktivitas Ekonomi, kabupaten ini terdorong hingga ada di peringkat “2” 10 Booming Cities. Indeks keuangan Morowali juga mendukung pencapaian sebagai Booming Cities. Pada 2021, pertumbuhan tabungan per kapita masyarakatnya melonjak hingga 202,0%, tertinggi di antara 10 Booming Cities lainnya.
Sementara kondisi sosialnya cenderung belum memuaskan, namun tetap ada perbaikan. Tingkat kemiskinan maupun pengangguran terbuka di Morowali masih di atas rata-rata nasional, walaupun lebih baik dibandingkan periode pemeringkatan sebelumnya.
Seperti halnya Morowali, empat pendatang baru lainnya dalam 10 Booming Cities, terutama didorong oleh kinerja perekonomian, sehingga indeks aktivitas ekonominya terangkat. Hanya Kota Balikpapan yang peringkat indeks aktivitas ekonominya tidak mengalami perubahan. Perbaikan terjadi pada aspek sosial dan kesejahteraan warganya.
Tingkat kemiskinan di Balikpapan bertahan di bawah level nasional, yang pada 2021 hanya 2,9%. Ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan warga di kota tersebut cenderung merata. Mereka mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Bahkan tingkat dependency ratio atau rasio ketergantungan penduduk di Balikpapan terus menurun. Dari 43,4% pada 2017 menjadi 38,2% di 2021. Data ini bermakna, dari 100 orang produktif di Balikpapan harus membiayai 38 orang yang belum dan tidak produktif. Semakin tinggi rasio ketergantungan, maka semakin berat beban yang harus ditanggung penduduk produktif. Akibatnya, kemampuan belanjanya juga melemah.
Dari enam kabupaten/kota pendatang baru 10 Booming Cities, kinerja ekonomi Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara merupakan yang tertinggi. Dalam tiga tahun periode observasi (2019-2021), rata-rata pertumbuhan ekonominya 66,6%, bahkan 161,9% pada 2021.
Bersama dengan Kabupaten Morowali, ekonomi Halmahera tumbuh positif saat krisis pada 2020. Dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 24,7% per tahun, Morowali ada di peringkat kedua. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga diisi oleh Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang naik 9,1% per tahun.
Tiga kota: Bandar Lampung, Balikpapan dan Depok yang perekonomiannya menyusut pada 2020 akibat pandemi, cenderung cepat pulih. Pada tahun lalu, kinerja ekonomi ketiganya telah tumbuh positif, bahkan berada di atas kinerja ekonomi nasional. Perbaikan tersebut ikut mendorong ketiganya masuk dalam daftar Booming Cities.