10 Raja Properti Indonesia

JAKARTA – Para jawara di sektor properti masih dikuasai oleh pemain lama. Keluarga Widjaja masih bertengger di puncak bersama Keluarga Ciputra dan Keluarga Riady. Tiga keluarga ini juga masuk dalam daftar “50 Orang Terkaya di Indonesia 2022” yang dikeluarkan Forbes.

Bisnis properti di Tanah Air memang tak pernah surut. Menurut catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sektor tersebut acap kali masuk dalam lima sektor dengan realisasi investasi terbesar.

Dalam lima tahun terakhir (2018-September 2022) misalnya, properti selalu masuk dalam sektor paling diminati investor asing (PMA) maupun domestik (PMDN). Sepanjang periode tersebut, modal yang ditanamkan PMA di sektor properti (perumahan, kawasan industri dan pergudangan) mencapai US$13,8 miliar dan PMDN Rp221,4 triliun. Dibandingkan lima tahun sebelumnya, yaitu 2012-2017, masing-masing mengalami pertumbuhan 34,5% dan 358,6%.
Properti, meski mengalami perlambatan saat pandemi, masih menjadi sektor yang tumbuh positif. Kecuali terjadi perubahan rencana tata ruang dan tata wilayah, harga tanah dan rumah cenderung terus naik.

Kenaikan nilai properti dapat mencapai 10-30% per tahun. Contohnya harga rumah dan bangunan di Kota Wisata Cibubur yang pada 2010 masih berkisar Rp2,5 juta per meter, kemudian naik menjadi Rp11 juta per meter pada 2022 atau tumbuh rata-rata 28,3% per tahun. Sulit mencari nilai investasi yang tumbuh setinggi itu, apalagi deposito.

Keterbatasan lahan menjadi isu penting yang mendongkrak harga properti. Sementara tingkat permintaan terus merangkak naik. Hingga kini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat, setidaknya ada kebutuhan rumah (backlog) sebesar 12,5 juta unit. Fakta ini menunjukkan bahwa peluang pertumbuhan sektor properti di Indonesia terbilang masih sangat besar.

Di sisi lain, sektor properti juga memiliki kontribusi penting terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai produk domestik bruto (PDB). Sektor ini merupakan sektor padat modal, padat karya (dibutuhkan setidaknya 5 orang pekerja untuk membangun 1 unit rumah) dan potensial mendorong industri lokal. Sekitar 90% bahan bangunan dalam konstruksi rumah merupakan produk lokal.

Dari sisi penerimaan negara, setiap rumah memberikan kontribusi. Dari pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penghasilan, bea balik nama (BBN), Pajak Bumi dan Bangunan, hingga Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Tak heran jika pemerintah pun memperpanjang insentif Loan to Value/Finance to Value 100% hingga 31 Desember 2023. Perpanjangan ini merupakan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan sektor konstruksi. Dengan kebijakan itu, masyarakat yang ingin memiliki properti mendapat keringanan membayar uang muka atau down payment (DP) sebesar 0 persen.

Kekayaan para pebisnis properti pun terus menggunung. Kali ini, Datanesia memetakan 10 penguasa properti di Indonesia, memaparkan
kinerja keuangan hingga wilayah operasionalnya. Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), setidaknya ada 85 perusahaan properti yang mencatatkan sahamnya di bursa. Kecuali Wulandari Bangun Perkasa dan Citra Buana Prasida yang baru mencatatkan saham di bursa pada November 2022, total aset entitas properti di BEI sekitar Rp577,8 triliun.

PT Bumi Serpong Damai, perusahaan properti yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Keluarga Widjaja menjadi yang terbesar. Total asetnya pada Triwulan III-2022 mencapai Rp64,1 triliun.

Berikutnya adalah nama-nama yang tak asing. Ada Lippo Karawaci milik Keluarga Riady, kemudian Ciputra Development yang dikuasai oleh Keluarga Ciputra. PT PP Properti menjadi satu-satunya anak usaha BUMN yang masuk dalam 10 besar perusahaan properti dengan aset terbesar, yaitu senilai Rp21,8 triliun.

Download White Paper

Dunia Menua dan Menyusut, Bagaimana Indonesia

Artikel sebelumnya

Usia Pernikahan dan Pudarnya Stigma Jomlo

Artikel selanjutnya

Baca Juga