JAKARTA – Di tengah krisis kelangkaan komoditas pada 2022, Indonesia sempat ketiban berkah. Lonjakan harga komoditas seperti batu bara maupun minyak sawit mentah ikut meningkatkan nilai ekspor Indonesia, sehingga surplus perdagangan makin gemuk.
Bahan bakar mineral yang di dalamnya termasuk batu bara, ada di peringkat pertama komoditas dengan nilai ekspor Indonesia yang paling besar. Dalam lima tahun terakhir (2017-2021), nilainya mencapai US$122,1 miliar.
Kontribusi ekspor bahan bakar mineral di lima negara mitra dagang utama selama 2017-2021 mencapai 61,0%. Lima negara tersebut adalah Cina, Jepang, Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia.
Selanjutnya ada lemak dan minyak hewani/nabati di peringkat kedua, yaitu senilai US$45,3 miliar jika dihitung total selama lima tahun. Daya serap lima negara utama mencapai 39,6% terhadap total ekspor komoditas tersebut.
Sementara besi dan baja yang total nilai ekspornya US$48,3 miliar, lebih dari separuhnya atau 64,1% dikirim ke lima negara dagang utama. Komoditas andalan ekspor lainnya adalah mesin dan perlengkapan elektrik, karet dan bahan dari karet, serta logam mulia.
Pada peringkat selanjutnya ada bijih logam serta mesin dan peralatan mekanis. Pada peringkat 9 dan 10, yaitu komoditas pakaian dan aksesorinya baik rajutan maupun bukan rajutan. Amerika Serikat menjadi satu-satunya dari kelompok negara mitra dagang utama yang mengimpor dua komoditas ini dengan kontribusi lebih dari separuh nilai ekspor.