10 Daerah Pertanian di Indonesia

Ringkasan Eksekutif

  • Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional cenderung stabil. Dalam 10 tahun terakhir (Juni 2013-Juni 2022) misalnya, kontribusi terendahnya ada di angka 11,2% dan tertinggi sebesar 14,6%. Namun mengingat sektor tersebut mengalami pola musiman, kontribusinya terhadap perekonomian biasanya menurun di kuartal akhir setiap tahun.
  • Sektor pertanian merupakan yang terbanyak menyerap tenaga kerja. Data BPS menunjukkan jumlah tenaga kerja yang terserap untuk sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada Februari 2022 mencapai 40,6 juta orang atau 30,0% dari total orang bekerja di seluruh sektor usaha. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang sektor perdagangan dan industri pengolahan.
  • Datanesia merangkum 10 besar daerah dengan kontribusi sektor pertanian terbesar terhadap PDRB. Hasilnya: separuh dari daerah tersebut merupakan hasil pemekaran wilayah: Mahakam Ulu (Kalimantan Timur), Mamuju Tengah (Sulawesi Barat), Manokwari Selatan (Papua Barat), Kepulauan Taliabu (Maluku Utara) dan Banggai Laut (Sulawesi Tengah). Sisanya merupakan kabupaten dengan lokasi terpencil atau jauh dari kota-kota pusat-pusat industri seperti Pohuwanto (Gorontalo), Kepulauan Aru (Maluku), Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan), Pakpak Bharat dan Karo (Sumatera Utara).
  • Indikator ekonomi dan kesejahteraan di wilayah-wilayah sentra pertanian pada umumnya cenderung rendah. Tidak jauh lebih baik dibanding provinsi acuannya. Pengecualian untuk Kabupaten Karo yang indikator kesejahteraannya di atas rata-rata provinsi acuan pada umumnya.
  • Daerah pertanian terbesar di Indonesia jauh dari investasi. Ada daerah-daerah yang penanaman modalnya nol selama lima tahun terakhir. Bahkan pada provinsi yang lebih mapan, kontribusi penanaman modal kabupaten terhadap provinsi terbilang sangat kecil.
  • Daerah pertanian terbesar di Indonesia juga kekurangan dukungan infrastruktur. Separuh dari daerah-daerah pusat pertanian tidak memiliki jalan nasional atau jalan provinsi. Bahkan ada wilayah-wilayah yang aksesnya mengandalkan transportasi sungai dan akan kesulitan ketika musim kering tiba.
  • Lokasi terpencil dan kurangnya tenaga kerja terdidik menjadi penghambat wilayah pertanian untuk memasuki fase industri. Bahkan untuk wilayah dengan tenaga kerja terdidik yang cukup besar, persoalan lokasi, kurangnya infrastruktur dan minimnya investasi menjadi batu sandungan untuk membentuk masyarakat industri.
  • Pemekaran wilayah yang dilakukan pemerintah sekitar 10 tahun lalu belum memberikan kontribusi yang diharapkan. Tujuan pemekaran wilayah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, mepercepat potensi daerah dan kesejahteraan masyarakat belum tercapai. Perlu dukungan kebijakan pembangunan infrastruktur dan keberpihakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Download White Paper

Pengangguran, Ironi di Kantong Manufaktur

Artikel sebelumnya

Hilir Mudik Persoalan Sawit

Artikel selanjutnya

Baca Juga